Kamis, 01 Desember 2016

PELAJARAN DARI SITI HAJAR RA.



PELAJARAN DARI SITI HAJAR RA.
Oleh Dimyati Sajari

Di antara rangkaian ibadah haji dan umrah adalah Sa‘i antara Shafa dan Marwah. Hal ini berdasar Firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baytullah atau ber‘umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa‘i antara keduanya…” (QS Al-Baqarah: 158).
Sa‘i (merupakan bentuk mashdar dari kata sa‘a-yas‘a-sa‘yan yang berati “berusaha, berkerja, berjalan, berlari”) itu sendiri merujuk kepada peristiwa Siti Hajar Ra. di dalam mencari air. Peristiwa ini bermula dari habisnya perbekalan yang dibawa Siti Hajar. Setelah perbekalan habis, maka Hajar tidak duduk termangu dan menangis putus asa menyesali nasib atau tidak duduk berpangku tangan sembari mengharapkan keajaiban, tapi dia “serahkan” anaknya kepada Allah dan dia tinggalkan untuk mencari air. Dia berlari-lari mencari air dari Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Jerih payah Hajar itu tidak mendatangkan hasil. Dengan sedih ia kembali ke tempat anaknya. Namun, di tengah-tengah kedukaannya itu ia terkejut: Anak yang ditinggalkannya dalam keadaan haus dan meronta-ronta di bawah “penjagaan” Allah itu ternyata telah menggali pasir dengan tumitnya dan dari tempat yang tidak disangka-sangka itulah keluar air yang ia cari-cari. Inilah air Zamzam.
Meski air itu tidak didapatkan di tempat Hajar mencari air, tetapi dari sudut logika, air itu tidak mungkin diperoleh kalau Hajar tidak meninggalkan Ismail dan tidak membiarkan Ismail menangis meronta-ronta menjejak-jejakkan tumitnya ke pasir. Oleh karena itu, kisah Siti Hajar ini mengandung beberapa pelajaran yang dapat dijadikan acuan. Pertama, keimanan Siti Hajar yang kuat bukanlah iman yang menghasilkan sikap pasrah kepada Allah tanpa adanya usaha, tapi justeru merupakan pendorong utama akan lahirnya etos kerja mencari penghidupan.
Kedua, air (rezki) itu diperoleh Siti Hajar melalui usaha atau setelah usaha. Hal ini berarti, Allah telah menjadikan usaha sebagai sarana untuk menganugerahkan rezki-Nya sehingga Allah tidak akan memberikan rezki kepada hamba-Nya, termasuk kepada Siti Hajar, kalau hamba itu tidak berusaha.
Ketiga, Siti Hajar tidak mendapatkan air itu di tempat dia mencari, tapi di tempat anaknya Ismail. Artinya, bisa saja Allah tidak memberikan rezki di tempat hamba-Nya berusaha, tapi di tempat lain yang tidak diduga-duga sebelumnya. Di sini berlaku yarzuqhu min haytsu la yahtasib (Dia memberinya rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka), yang boleh jadi jauh lebih besar dibanding yang didapat di tempat kerja.
Keempat, usaha yang ditempuh atas dasar kesucian (Shafâ) itu berakhir di Marwa, yang bermakna “kemurahan dan kemaafan.” Maknanya, hasil usaha tidak untuk dinikmati sendiri, tapi juga untuk orang lain, seperti air Zamzam yang bukan hanya untuk Hajar dan Ismail. Kalau ternyata orang yang ikut menikmati hasil usaha itu tidak tahu terima kasih, maka berlapang dada memaafkannya. Wallahu a‘lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates