Selasa, 06 Desember 2016

Adab Makan

Adab Makan Setiap yang diajarkan Rasulullah Saw pasti memiliki kandungan makna yang sangat mendalam, yang setiap umat dapat menggali maknanya atau hikmahnya. Salah satunya adalah ajaran Rasulullah tentang adab makan. Dalam kaitannya dengan adab makan ini, di antara yang diajarkan Rasulullah adalah agar orang yang hendak makan membaca basmallah, memulai dan mengakhiri dengan doa, memakan dengan tangan kanan, mengambil makanan dari yang terdekat, mengambil makanan dari bagian pinggir, mengunyah makanan dengan pelan-pelan (sehingga tidak berbunyi), memungut makanan yang jatuh, berhenti makan sebelum kenyang, dan tidak membiarkan satu butirpun makanan yang tersisa, baik yang menempel di jari tangan maupun di piring. Berkaitan dengan membersihkan sisa makanan itu Rasulullah memberi tahu bahwa kita tidak tahu di bagian mana makanan yang diberkati. Bisa saja makanan yang diberkati itu merupakan sisa yang menempel di jari-jemari atau di piring (wadah makanan) yang justeru akan dibuang. Kalau ternyata yang diberkati itu yang dibuang, maka orang yang makan tidak mendapatkan berkah dari makannya. Di sinilah Rasulullah mengajarkan supaya sedikitpun tidak menyisakan dan membuang makanan. Bila dihubungkan dengan doa sesudah makan, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum, dan menjadikan kami termasuk orang yang berserah diri,” maka ajaran Rasulullah untuk tidak menyisakan atau membuang makanan itu minimal terdapat dua hal yang dapat diambil pelajaran. Pertama, Allahlah yang memberi makan dan minum, tetapi Allah tidak pernah memberi makan dan minum itu langsung terhidang di meja makanan. Ada proses panjang yang dilalui sampai makanan itu terhidang. Dalam proses panjang ini terdapat orang-orang (petani, tukang panggul, sopir, pedagang, tukang masak dan sebagainya) yang dijadikan Allah sebagai perantara memberi makan-minum terhadap hamba-hamba-Nya. Atas dasar ini, menyia-nyiakan makanan bukan saja tidak bersyukur kepada Allah, tetapi juga tidak menghormati orang-orang yang bersusah-payah yang telah dijadikan Allah sebagai sarana Allah memberi makan dan minum kepadanya. Oleh karena itu, doa syukur selayaknya dibarengi dengan sikap hormat dan penghargaan terhadap orang-orang yang dijadikan Allah sebagai perantara memberi makan dan minum kepadanya, meski orang-orang itu boleh jadi status sosialnya berada jauh di bawah dirinya. Kedua, Allah tidak menginformasikan bahwa semua makanan dan minuman itu diberkati oleh-Nya, tetapi di antara makanan dan minuman ada yang diberkati oleh-Nya. Hanya saja, Allah tidak memberitahukan makanan atau minuman yang mana yang diberkati. Bisa jadi, makanan atau minuman yang Dia berkati adalah yang tersisa atau yang akan dibuang, bukan yang telah dimakan atau diminum. Hal ini berarti membuang makanan atau minuman yang seharusnya dimakan atau diminum bukan saja merupakan tindakan mengkufuri nikmat, tetapi juga tidak ada kesadaran dalam batinnya bahwa hanya untuk sekadar makan atau minum saja masih banyak hamba-hamba-Nya yang kurang mampu, bahkan tidak tersedia. Dari du hal itu saja dapat diperkirakan bahwa ada orang-orang yang mengucapkan syukur setelah makan dan minum pada dasarnya mereka tidak bersyukur kalau tidak memperhatikan du hal di atas. Apalagi bagi yang tidak memanjatkan doa syukur kepada-Nya. Mereka ini, boleh jadi, termasuk orang-orang yang benar-benar kufur terhadap nikmat-nikmat-Nya. Na'udzu billahi min dzalik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates