BERKAT ANAK YATIM
Sering kali pasangan suami isteri yang
sudah lama menikah dan belum dikaruniai ‘momongan’ dianjurkan supaya memelihara
anak yatim sebagai ‘pancingan.’ Anjuran ini berdasar suatu kisah di dalam
al-Qur’an, yaitu kisah Nabi Zakaria As.
Dapat dibaca di dalam al-Qur’an (QS 19:
1-11), Nabi Zakaria As sudah lama menikah, tapi belum dianugerahi seorang anak.
Nabi Zakaria menyadari bahwa dirinya sudah sangat tua, tulang belulangnya telah
melemah tak berdaya, dan rambutnya telah memutih semua. Sementara itu,
isterinya diakuinya merupakan wanita yang mandul (yang tidak mungkin bisa
memberinya keturunan).
Meski begitu, Nabi Zakaria tidak pernah
patah semangat untuk senantiasa memohon kepada Allah supaya dikaruniai seorang
putera. Dari lubuk hatinya yang terdalam keluarlah suaranya yang lirih menggetarkan
jiwa bahwa dirinya merasa khawatir akan nasib agamanya dan nasib perjuangannya setelah
dirinya tiada. Oleh sebab itu, beliau berdoa kepada-Nya, “maka anugerahilah aku
dari sisi Engkau seorang putera.”
Di lain ayat diceritakan bahwa Nabi Zakaria
memenangkan perlombaan pengasuhan Maryam, seorang anak yatim yang ditinggal
ayahnya tatkala masih dalam kandungan. Maryam adalah puteri ‘Imran, seorang
pemimpin Masjid al-Aqsha, yang juga paman Nabi Zakaria sendiri. Ketika Maryam
lahir, maka mantan-mantan anak buah ‘Imran berebutan ingin mengasuh Maryam.
Oleh karena itu, diadakan perlombaan dengan cara melemparkan anak-anak panah
mereka ke dalam sungai dengan ketentuan: siapa yang anak panahnya tidak
tenggelam, maka dialah yang berhak memelihara Maryam. Perlombaan ini
dimenangkan Nabi Zakaria As.
Sebelum memenangkan hak asuh atas Maryam
itu, Nabi Zakaria telah ditunjuk sebagai penjaga Masjid al-Aqsha, menggantikan
posisi ‘Imran. Tatkala mengasuh Maryam, Nabi Zakaria tidak menempatkan Maryam
di rumah Nabi Zakaria, tetapi di Mihrab Masjid al-Aqsha. Tidak seorang pun
boleh masuk ke Mihrab (kamar Maryam) ini kecuali Nabi Zakaria As.
Di Mihrab yang dijadikan kamar bagi Maryam
itulah Nabi Zakaria berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” (QS 3: 38). Sewaktu
Nabi Zakaria sedang berdiri shalat di kamar Maryam inilah Malaikat Jibril
menyerunya dan memberinya kabar gembira bahwa doanya dikabulkan Allah Swt. “Sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya...” (QS 3:
39).
Kisah pengasuhan anak yatim yang dilakukan
Nabi Zakaria ini menjadi teladan bagi pasangan suami isteri yang telah lama
menikah dan belum dianugerahi keturunan. Dari sudut logika manusia biasa, tidak
mungkin Nabi Zakaria yang sudah tua renta dan isterinya pun mandul bisa
mendapatkan keturunan. Namun, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya bahwa tiada yang
mustahil bagi Dia. Setelah mengasuh anak yatim doa Nabi Zakaria yang tiada
kenal putus asa yang selama itu belum didengar Allah dikabulkan Allah Swt. Nabi
Zakaria dikaruniai seorang putera dan karunia ini beliau terima berkat (sesudah)
mengasuh anak yatim.
Menariknya, bukan saja dikabulkannya doa Nabi
Zakaria itu berkat (setelah) mengasuh anak yatim, tetapi juga tempat beliau
berdoa. Doa beliau yang mustajabah itu di kamar Maryam, kamar seorang anak
yatim suci yang sangat beliau jaga kesuciannya. Tampaknya, hal ini merupakan
pelajaran bahwa tidak saja anak yatim itu membawa berkah, tetapi kamar anak
yatim yang diasuh dengan penuh kasih sayang pun merupakan kamar yang diberkati
sehingga berdoa di dalamnya tidak akan ditolak Allah Swt. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa berkat mengasuh anak yatim dan berdoa di kamar anak
yatimlah Nabi Zakaria dianugerahi seorang putera. Maryam sendiri, kemudian,
dijadikan Allah sebagai seorang wanita pilihan, seorang wanita suci, seorang
wanita mulia yang pada zamannya tiada bandingannya. Wallahu a‘lam.
Pamulang, 17 Desember 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar