Selasa, 06 Desember 2016

BERKAT ANAK YATIM



Sering kali pasangan suami isteri yang sudah lama menikah dan belum dikaruniai ‘momongan’ dianjurkan supaya memelihara anak yatim sebagai ‘pancingan.’ Anjuran ini berdasar suatu kisah di dalam al-Qur’an, yaitu kisah Nabi Zakaria As.
Dapat dibaca di dalam al-Qur’an (QS 19: 1-11), Nabi Zakaria As sudah lama menikah, tapi belum dianugerahi seorang anak. Nabi Zakaria menyadari bahwa dirinya sudah sangat tua, tulang belulangnya telah melemah tak berdaya, dan rambutnya telah memutih semua. Sementara itu, isterinya diakuinya merupakan wanita yang mandul (yang tidak mungkin bisa memberinya keturunan).
Meski begitu, Nabi Zakaria tidak pernah patah semangat untuk senantiasa memohon kepada Allah supaya dikaruniai seorang putera. Dari lubuk hatinya yang terdalam keluarlah suaranya yang lirih menggetarkan jiwa bahwa dirinya merasa khawatir akan nasib agamanya dan nasib perjuangannya setelah dirinya tiada. Oleh sebab itu, beliau berdoa kepada-Nya, “maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera.”
Di lain ayat diceritakan bahwa Nabi Zakaria memenangkan perlombaan pengasuhan Maryam, seorang anak yatim yang ditinggal ayahnya tatkala masih dalam kandungan. Maryam adalah puteri ‘Imran, seorang pemimpin Masjid al-Aqsha, yang juga paman Nabi Zakaria sendiri. Ketika Maryam lahir, maka mantan-mantan anak buah ‘Imran berebutan ingin mengasuh Maryam. Oleh karena itu, diadakan perlombaan dengan cara melemparkan anak-anak panah mereka ke dalam sungai dengan ketentuan: siapa yang anak panahnya tidak tenggelam, maka dialah yang berhak memelihara Maryam. Perlombaan ini dimenangkan Nabi Zakaria As.
Sebelum memenangkan hak asuh atas Maryam itu, Nabi Zakaria telah ditunjuk sebagai penjaga Masjid al-Aqsha, menggantikan posisi ‘Imran. Tatkala mengasuh Maryam, Nabi Zakaria tidak menempatkan Maryam di rumah Nabi Zakaria, tetapi di Mihrab Masjid al-Aqsha. Tidak seorang pun boleh masuk ke Mihrab (kamar Maryam) ini kecuali Nabi Zakaria As.
Di Mihrab yang dijadikan kamar bagi Maryam itulah Nabi Zakaria berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” (QS 3: 38). Sewaktu Nabi Zakaria sedang berdiri shalat di kamar Maryam inilah Malaikat Jibril menyerunya dan memberinya kabar gembira bahwa doanya dikabulkan Allah Swt. “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya...” (QS 3: 39).
Kisah pengasuhan anak yatim yang dilakukan Nabi Zakaria ini menjadi teladan bagi pasangan suami isteri yang telah lama menikah dan belum dianugerahi keturunan. Dari sudut logika manusia biasa, tidak mungkin Nabi Zakaria yang sudah tua renta dan isterinya pun mandul bisa mendapatkan keturunan. Namun, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya bahwa tiada yang mustahil bagi Dia. Setelah mengasuh anak yatim doa Nabi Zakaria yang tiada kenal putus asa yang selama itu belum didengar Allah dikabulkan Allah Swt. Nabi Zakaria dikaruniai seorang putera dan karunia ini beliau terima berkat (sesudah) mengasuh anak yatim.
Menariknya, bukan saja dikabulkannya doa Nabi Zakaria itu berkat (setelah) mengasuh anak yatim, tetapi juga tempat beliau berdoa. Doa beliau yang mustajabah itu di kamar Maryam, kamar seorang anak yatim suci yang sangat beliau jaga kesuciannya. Tampaknya, hal ini merupakan pelajaran bahwa tidak saja anak yatim itu membawa berkah, tetapi kamar anak yatim yang diasuh dengan penuh kasih sayang pun merupakan kamar yang diberkati sehingga berdoa di dalamnya tidak akan ditolak Allah Swt. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berkat mengasuh anak yatim dan berdoa di kamar anak yatimlah Nabi Zakaria dianugerahi seorang putera. Maryam sendiri, kemudian, dijadikan Allah sebagai seorang wanita pilihan, seorang wanita suci, seorang wanita mulia yang pada zamannya tiada bandingannya. Wallahu a‘lam.
Pamulang, 17 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates