Rabu, 01 April 2020

PBA II A Akhlak kepada Allah, Rasulullah, Orang Tua dan Diri Sendiri


AKHLAK KEPADA ALLAH, KEPADA ROSULULLAH, KEPADA ORANG TUA DAN KEPADA DIRI SENDIRI”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Pendidikan Akhlak

Dosen Pembimbing: Dr. Dimyati, M.Ag





Disusun oleh :
Kelompok 3 PBA II A

1.      Ayu Sulistiyawati           11190120000006
2.      Aan subhan                     11190120000015
3.      Sartika Novi Wahyuni   11190120000017



JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020


KATA PENGANTAR
         Puji dan syukur kami panjatkan khadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk  mata kuliah pendidikan akhlak ini dengan sebaik mungkin.
         Sholawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan kita yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW., beserta keluarganya, sahabatnya dan bagi seluruh umatnya di akhir zaman ini.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  pada matakuliah Pendidikan Akhlak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami  mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Dimyati, M.Ag yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.


Ciputat, 12 Maret 2020

                                                                                                    Penulis











DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang..................................................................................................
B.       Rumusan Masalah............................................................................................
C.      Tujuan Masalah................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Akhlak....................................................................................
B.     Akhlak Kepada Allah.......................................................................................
C.    Akhlak kepada Rosulullah...............................................................................
D.    Akhlak Kepada Orang Tua.............................................................................
E.     Akhlak Terhadap Diri Sendiri........................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................






















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Akhlak mempunyai pengaruh besar terhadap individu manusia dan terhadap suatu bangsa. Ajaran-ajaran akhlak sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullahsaw dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat di beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang akhlak mulia Rasulullah. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Aḥzāb:21yang artinya “ Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.1Dari ayat tersebut mengindikasikan perlu adanya akhlak mulia, baik dikehidupan agama maupun kehidupan beragama.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud akhlak?
2.      Bagaimanakah akhlak kepada Allah ?
3.      Bagaimanakah akhlak kepada rosululah ?
4.      Bagaimanakah akhlak kepada orang tua ?
5.      Bagaimanakah akhlak terhadap diri sendiri ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan Akhlak kepada Allah
2.      Menjelaskan Akhlak kepada Rasulullah
3.      Menjelaskan Akhlak kepada Orang Tua
4.      Menjelaskan Akhlak terhadap Diri sendiri






                                                                  



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Akhlak
        Kata “kholaq”, artinya telah berbuat, menciptakan, atau mengambil keputusan untuk bertindak. Secara termonologis, akhlak adalah tindakan yang tercermin pada akhlak Allah SWT., yang salah satunya dinyatakan sebagai pencipta manusia dari segumpal darah; Allah SWT. sebagai sumber pengetahuan yang melahirkan kecerdasan manusia, pembebasan dari kebodohan, serta peletak dasar yang paling utama dalam pendidikan.
   Selanjutnya, istilah akhlak sudah sangat akrab ditengah kehidupan kita, mungkin hampir semua orang  mengetahui arti kata “akhlak” karna perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi, agar lebih jelas dan meyakinkan, kata “akhlak” masih perlu diartikan secara bahasa dan istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap kata “akhlak” tidak sebatas kebiasaan praktis yang setiap hari kita dengar, tetapi sekaligus dipahami secara filosofis, terutama makna subtansialnya.
    Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khulukun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tatakrama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata “akhlak” juga berasal dari kata “khalaqa” atau “khalqun”, artinya kejadian, serta erat hubungannnya dengan “khaliq”, artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata “Al-khaliq”, artinya pencipta atau dan “makhluq”, artinya yang diciptakan.
    Dengan demikian, secara terminologis, pengertian akhlak adalah tindakan yang berhubungan dengan tiga unsur yang sangat penting, yaitu sebagai berikut:
1.      Kognitif, yaitu pengetahuan dasar manusia melalui potensi intelektualitasnya.
2.      Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya mnganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.
3.      Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional kedalam bentuk perbuatan yang konkret.[1]
    Tingkah laku atau akhlak seseorang adalah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan. Sikap seseorang mungkin saja tidak diggambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam prilakunya sehari-hari, dengan perkataan lain adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karna itu meskipun secara teoritis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran islam itu tidak boleh atau kalupun itu terjadi menurut ajaran islam itu termasuk iman yang rendah. Untuk memberikan dorongan bagi kita melatih akhlaqul Karimah ini.
B.     Akhlak Kepada Allah
     Yang dimaksud dengan akhlak terhadap Allah atau pola hubung manusia dengan Allah Swt., adalah sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk dan Allah S wt., sebagai khaliq. Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.
     Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karna Allah yang telah menciptakan manusia. Kedua, karna Allah yang telah memberi perlengkapan panca indera, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Ketiga, karna Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan untuk menguasai daratan, lautan dan udara.[2]
     Banyak sekali cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah, di antaranya:
a.       Taqwa kepada Allah
     Orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran, mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya, menjauhi larangan-Nya dan takut terjerumus terhadap perbuatan dosa. orang yang bertaqwa akan selalu membentengi diri dari kejahatan, memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhoi Allah Swt., bertanggungjawab terhadap perbuatan dan tingkah lakunya, serta memenuhi kewajibannya.[3]
     Bertakwa kepada Allah, seperti: menunaikan sholat fardlu 5 waktu, menunaikan puasa pada bulan Ramadhan dan menjauhi semua larangan-Nya, seperti: tidak berjudi dan lain sebagainya.
b.      Cinta dan ridha kepada-Nya
     Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
     Sejalan dengan cinta, seorang Muslim haruslah dapat bersikap ridha dengan segala aturan dan keputusan Allah. Artinya dia harus dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun, segala sesuatu yang datang dari Allah dan rasul-Nya, baik berupa perintah, larangan ataupun petunjuk-petunjuk lainnya.
     Orang yang ridha dengan Allah ia akan rela menerima Qodho dan Qodar Allah terhadap dirinya. Dia akan bersyukur atas segala kenikmatan dan akan bersabar atas segala cobaan. Demikian sikap cinta dan ridha kepada Allah Swt. dengan cinta kita mengharapkan ridho-Nya dan dengan ridho kita mengharapkan cinta-Nya.
c.       Bersyukur
     Bersyukur atas nikmat Allah tidak hanya diucapkan dengan lisan, akan tetapi juga diwujudkan dengan perbuatan, yaitu dengan menggunakan nikmat yang telah diberikan Allah dengan sebaik-baiknya.
d.      Tawakkal
     Tawakkal kepada Allah berarti menyerahkan semua urusan kita sepenuhnya kepada-Nya, sesudah melakukan usaha semaksimal yang kita sanggupi, sehingga kita benar-benar tidak mencampurinya lagi.
e.       Taubat
     Taubat sering didefinisikan sebagai bentuk permohonan ampun kepada Allah Swt., penyesalan mendalam atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan tersebut dimasa yang akan datang.
Taubat yang sempurna harus memenuhi lima dimensi :[4]
1.      Menyadari kesalahan
2.      Menyesali kesalahan
3.      Memohohon ampun kepada Allah Swt.
4.      Berjanji tidak akan mengulanginya
5.      Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal sholeh
C.    Akhlak Kepada Rasulullah
 Berakhlak kepada rasul-Nya pada intinya adalah sejauh mana manusia mau mengikuti tuntunan beliau sebagai mana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah. Semakin manusia mendekatkan dirinya kepeda Allah dengan jalan mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya, berarti semakin kuat bukti manusia berakhlak kepada rasul-Nya. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh manusia dari Al-Qur’an dan sunnah, berarti semakin tidak mengikuti tuntunan nabi SAW, yang berarti semakin tidak berakhlak kepada rasulullah SAW.
Berikut akan dikemukakan secara lebih spesifik akhlak kepada Rasul, yaitu:
1.      Membenarkan apa yang disampaikan (dikabarkannya).
2.      Mengikuti syari’atnya.
3.      Mencintai Rasulullah SAW. dan mengikuti jejak langkahnya. Firman Allah Q.S Ali-imran: 31.
4.      Memperbanyak sholawat kepada Rasulullah SAW,(Q.S Al-Ahzab: 56).
5.      Mewarisi risalahnya, (Q.S Al-Fath: 28).[5]
D.    Akhlak Kepada Orang Tua
1.      Hak-Hak yang Wajib Dilaksanakan Semasa Hidup Orang Tua.
·         Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala.
Menaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap muslim, sedang mendurhakai keduanya merupakan perbuatan yang diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah Ta’ala (berbuat syirik) atau bermaksiat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ….” (QS.Luqman:15)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan”. (HR. Al-Bukhari)
·         Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orang tua
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “…dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan «ah» dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Israa’: 23-24)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” (HR.Muslim)
Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti mereka, walaupun berupa isyarat atau dengan ucapan ‘ah’, tidak mengeraskan suara melebihi suara mereka. Rendahkanlah diri dihadapan keduanya dengan cara mendahulukan segala urusan mereka.
·          Berbicara dengan lemah lembut di hadapan mereka
·         Menyediakan makanan untuk mereka
Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika hal tersebut merupakan hasil jerih payah sendiri. Lebih-lebih jika kondisi keduanya sudah renta. Sudah seyogyanya, mereka disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua dari pada dirinya, anaknya dan istrinya.
·          Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan (kewajibannya untuk dirinya-pent). Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya, ‘Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau bersabda, ‘Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim), dan masih banyak hadits yang semakna dengan hadits tersebut.
  •  Memberikan harta kepada orang tua sebesar yang mereka inginkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata, “Ayahku ingin mengambil hartaku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil, serta telah berbuat baik kepadanya.
  •  Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang dicintainya.
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang mereka cintai. Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain sebagainya.
  • Memenuhi sumpah / Nazar kedua orang tua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena hal itu termasuk hak mereka.
  • Tidak Mencaci maki kedua orang tua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci maki orang tuanya.” Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki orang tuanya?’ Beliau menjawab, “ Ada. ia mencaci maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki orang tuanya. Ia mencaci maki ibu orang lain lalu orang itu membalas mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Terkadang perbuatan tersebut tidak dirasakan oleh seorang anak, dan dilakukan dengan bergurau padahal hal ini merupakan perbuatan dosa besar.
  • Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau kembali menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,” jawab beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu daripada ayah. Sebab, menaati ayah lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dalam hal yang dibolehkan syari’at. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu’ dalam hadits tersebut adalah bersikap lebih halus dan lembut kepada ibu daripada ayah. Sebagian Ulama salaf berkata, “Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”
·         Mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada berbuat baik kepada istri.
Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul dengan amal baik mereka, di antara amal mereka, ‘ada yang mendahulukan memberi susu untuk kedua orang tuanya, walaupun anak dan istrinya membutuhkan’.



Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia
  •  Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan keduanya, karena hal ini merupakan bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya.
  •  Beristighfar (memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala) untuk mereka berdua, karena merekalah orang yang paling utama untuk didoakan agar Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa mereka dan menerima amal baik mereka.
  • Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua yang belum terpenuhi semasa hidup mereka, dan melanjutkan amal-amal baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup mereka. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amal baik tersebut dilanjutkan.
  • Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya meninggal”. (HR. Muslim)
  • 6 Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal”. (HR. Ibnu mHibban).[6]

E.     Akhlah Kepada Diri Sendiri
     Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya, kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau mendzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yaitu jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran untuk membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak dimana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing.
1.      Macam-macam akhlak muslim kepada dirinya sendiri
a.       Berakhlak terhadap jasmani
·      Senantiasa menjaga kebersihan
·      Menjaga makan dan minumnya
·      Menjaga kesehatan
·      Berbusana yang islami
b.      Berakhlak terhadap akal
·      Menuntut imu
·      Memiliki spesialisasi ilmu yang dikuasai
·      Mengajarkan ilmu kepada orang lain
·      Mengamalkan ilmu dalam kehidupan
c.       Berakhlak terhadap jiwa
·      Bertaubat dan menjauhkan diri dari dosa besar
·      Bermuraqobah (selalu merasa diawasi oleh Allah)
·      Bermuhasabah (mengintrospeksi diri)
·      Bermujahadah (sungguh-sungguh berjuang melawan hawa nafsu)[7]



BAB III
PENUTUP
        Berdasarkan penjelasan diatas,  dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara mana yang baik dan mana yang buruk, terpuji atau tercela yang menyangkut perilaku manusia, perkataan dan perbuatan manusia. Tingkah laku atau akhlak seseorang adalah yang dimanesfitasikan dalam perbuatan, babyak sekali cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada allah diantaranya
a.    Taqwa kepada allah
Orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada allah berdasarkan kesadaran dan mengerjakan apa yang diperintahkannya dan menjauhi laranganya.
b.    Akhlak kepada rosul
Berakhlak kepada rosulnya Pada intinya adalah sejauh mana manusia mengikuti tuntunan beliau sebagaimana yang terdapat dalam Qur’an dan hadis.
C . Akhlak kepada orang tua
1.    Hak-Hak yang wajib dilaksanakan semasa orang tua hidup
Yaitu menaati dan berbakti kepada orang tua, berbicara dengan lemah lembut, meminta izin kepada orang tua sebelum berjihad tidak mencaci ataupun melawan orang tua.
2.    Hak-Hak setelah orang tua meninggal dunia yaitu  mengurus jenazahnya dan selalu mendoakan keduanya, menunaikan janji dan wasiat serta menjalin silaturrahmi kerabat dari ayah ataupun ibu
Dengan kata lain akhlak adalah suatu sistem yang mengatur perbuatan manusia
baik secara individu, kumpulan dan  masyarakat dalam interaksi hidup
antara manusia dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA

Beni Ahmad saebani dan Abdul Hamid. Ilmu Akhlak (Bandung: pustaka setia, 2010), hal. 7.
Ali Anwar Yusuf, Study Agama Islam, hal. 179.
M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 361.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hal. 24.
Kasmuri, Selamat, dkk. Akhlak Tasawuf. Upaya /Merahih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi. Cet. 1 (Jakarta: kalam mulia, 2012), hal. 71-72.
Hasdina Hamid , Akhlak Seorang Muslim Terhadap Dirinya Sendiri2, Dalam alamat: https://www.academia.edu/19076949/Akhlak_Seorang_Muslim_Kepada_Dirinya_Sendiri2_comments




[1] Beni Ahmad saebani dan Abdul Hamid. Ilmu Akhlak (Bandung: pustaka setia, 2010), hal. 7.
[2] Ali Anwar Yusuf, Study Agama Islam, hal. 179.
[3] M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 361.
[4] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hal. 24.
[5] Kasmuri, Selamat, dkk. Akhlak Tasawuf. Upaya /Merahih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi. Cet. 1 (Jakarta: kalam mulia, 2012), hal. 71-72.
[6] Indah Huzaimah, Akhlak Terhadap Kedua Orang Tua, Dalam Alamat: https://ihuzaimah.wordpress.com/2012/09/07/akhlak-terhadap-kedua-orang-tua/ , 7 september 2012.
[7] Hasdina Hamid , Akhlak Seorang Muslim Terhadap Dirinya Sendiri2, Dalam alamat: https://www.academia.edu/19076949/Akhlak_Seorang_Muslim_Kepada_Dirinya_Sendiri2_comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates